LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA
RESEP III
UNGUENTUM
OLEH
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
NIM : F1F110025
KELAS : A
KELOMPOK : 3
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Resep Nomor : III
Bentuk Sediaan : Unguentum
A. Landasan Teori
Salep (unguents)
adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Preparat farmasi setengah
padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet kimia sebagai
antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol,
asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener, dan campuran-campuran lain.
Preparat setengah padat menggunakan dasar salep yang mengandung atau menahan
air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih luas daripada yang
mengandung sedikit uap air, dan oleh karena itu merupakan masalah yang lebih
besar dari pengawetan (Chaerunnisa, 2009).
Salep adalah sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut
atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian Tidak boleh
berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung
obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Kecuali
dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung dari sifat
bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut:
dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau campurannya
dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon lain yang
cocok; dasar salep serap lemak bulu domba dengan campuran 8 bagian kolesterol 3
bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; dasar salap yang
dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; dasar salap yang dapat larut
dalam air Polietilenglikola atau campurannya.
Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Anif, 2000).
Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Anif, 2000).
Pada penyakit
kulit, obat yang digunakan berupa salep, krim atau lotion (kocokan). Kulit yang
utuh dan sehat sukar sekali ditembus
obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis
yang menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti dengan kortikosteroida (kortison, betameson, dan lain-lain), terutama bila
digunakan dengan cara occlusi,
artinya ditutup dengan plastik. Reseorpsi dapat diperbaiki pula dengan tambahan
zat-zat keratolis dengan daya
melarutkan lapisan tanduk kulit, misalnya asam salisilat, urea dan resorsin 3%
(Ansel, 1989).
Salep biasanya
dikemas baik dalam botol atau dalam tube. Botol dapat dibuat dari gelas tidak
berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol
plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk
salep yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng
atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu
khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina,
telinga atau hidung (Anif, 1993).
B. Resep
1. Resep pada Jurnal
R/ Ungt. 2-4 20
s.u.e
Pro:Hartati
2. Resep yang Lengkap
Dr. Budiyono
SIP No. 455/K/88
Jl.
Haeba Dalam No.19
No.
Telp.(0401)3192708
Kendari
28-02-2011
R/ Ungt. 2-4
20
s.u.e
Keterangan :
No
|
Singkatan
|
Bahasa Latin
|
Arti
|
1.
|
R/
|
Recipe
|
Ambillah
|
2.
|
Ungt.
|
Unguentum
|
Salep
|
3.
|
s.u.e
|
Signa usus
externum
|
Tandai untuk
pemakaian luar
|
Salep 2-4
Salep asam salisilat belerang
Komposisi : Tiap 10 mg mengandung
Acidum salicylum 200 mg
Sulfur 400 mg
Vaselin album hingga 10g
Uraian Bahan Resep
a. Acid salicylic
Nama resmi : Acidum Salicylicum
Sinonim : Asam Salisilat
Rumus Bangun :
Rumus Molekul : C7H6O3
Berat Molekul : 138,12
Pemerian : hablur ringan
tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis
dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550
bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%), mudah larut dalam kloroform dan
dalam eter, larut dalam larutan amonium asetat, dinatrium hidrogenfosfat,
kalium sitrat, dan natrium sitrat
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Khasiat : Keratolitikum,
anti fungi
b. Sulfur
Nama resmi : Sulfur Praecipitatum
Sinonim : Belerang endap
Rumus Molekul : S
Berat Molekul : 32,06
Pemerian : Tidak
berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis
tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam karbondisulfida P; sukar larut
dalam minyak zaitun P; sangat sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Khasiat : Antiskabies
c. Vaselin album
Nama resmi : Vaselinum album
Sinonim : Vaselin putih
Rumus Molekul : -
Berat Molekul : -
Pemerian : Massa
lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan
dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk
Kelarutan : Praktis
tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P, dalam
eter P, dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi
lemah
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Perhitungan dan Penimbangan
PB: a. Acidum Salicylum =
200 mg x 2 = 400 mg = 0,4 g
b. Sulfur = 400 mg x 2 = 800 mg =
0,8 g
c. Vaselin album = 10 g x 2 = 20 g
=
20 g – (0,4 g + 0,8 g)
=
20 g – 1,2 g
= 18,8 g
Cara Kerja
·
Ditimbang asam
salisilat, kemudian dimasukkan ke dalam mortar dan diferus halus
·
Ditimbang sulfur,
masukkan mortar sedikit demi sedikit sambil diaduk
·
Tambahkan vaselin
album yang sudah ditimbang sedikit demi sedikit, kira-kira sama banyak (ana)
dengan yang sebelumnya, digerus dan diaduk sampai homogeny
Masukkan ke dalam pot salep
dan beri etiket
Khasiat Obat
·
Asam salisilat
sebagai keratolotikum, anti fungi
·
Sulfur sebagai
antiskabies
C. Pembahasan
Salep merupakan
sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok.
Pemerian Tidak boleh berbau tengik.
Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salap, kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut: (a) dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon lain yang cocok; (b) dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian kolesterol
3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salap, kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut: (a) dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon lain yang cocok; (b) dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian kolesterol
3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
Pada pembuatan
salep kali ini, zat utamanya yaitu Asam Salisilat perlu dilarutkan terlebih
dahulu dengan menggunakan etanol. Hal ini dilakukan karena Asam Salisilat
memiliki bentuk hablur atau berbentuk seperti jarum-jarum, sehingga perlu
dilarutkan terlebih dahulu untuk memperkecil partikelnya.
Pada saat pembuatan salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air harus didinginkan dahulu sampai mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini perlu agar suhu basis salep dengan zat aktif yang akan dicampurkan tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar (terlalu panas) dikhawatirkan dapat merusak zat aktif dari salep yang akan dibuat. Selain itu, proses pendinginan juga dapat membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental, sehingga proses pencampuran semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu lama.
Pembuatan salep tidak memerlukan penambahan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-jaga, dapat pula ditambahkan bahan pengawet yang cocok.
Pada saat pembuatan salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air harus didinginkan dahulu sampai mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini perlu agar suhu basis salep dengan zat aktif yang akan dicampurkan tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar (terlalu panas) dikhawatirkan dapat merusak zat aktif dari salep yang akan dibuat. Selain itu, proses pendinginan juga dapat membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental, sehingga proses pencampuran semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu lama.
Pembuatan salep tidak memerlukan penambahan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-jaga, dapat pula ditambahkan bahan pengawet yang cocok.
Resep standar salep
2-4, yakni: (a) sulfur praecipetatum / belerang endap mempunyai sifat germisida,
fungisida, parasitisida dan juga mempunyai efek keratolitika. Hal yang perlu
diperhatikan: hindarkan kontak dengan mata, mulut dan mukosa; (b) asam
salisilat. Mempunyai sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulit sehingga
dapat melunakkan kulit sehingga dapat membantu penyerap obat lain dan fungsida
yang lemah. Efek yang tidak diinginkan; iritasi kulit; (c) kelarutan As.
Salisilat ; larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol; (d) kelarutan
Sulfur Praecipetatum praktis tidak larut dalam air,sanat sukar larut dalam
etanol.
Agar tujuan pengobatan dapat
tercapai pembuatan salep harus mengikuti peraturan seperti yang tercantum pada
FI ed. II ada 4 peraturan dasar pembuatan salep, yaitu : (1) zat-zat yang dapat
larut dalam lemak, dilarutkan dulu kedalamnya. Bila perlu dengan pemanasan; (2)
zat- zat yang larut dalam air, jika tidak dinyatakan lain , dilarutkan dalam
air asalkan jumlah air dapat diserap oleh dasar salep.jumlah air yang dipakai
dikurangi dari basis salep; (3) zat – zat yang sukar larut atau sebagian
larut dalam air atau lemak, bila tidak dinyatakan lain dilarutkan
dengan etanol lalu diserbukkan, kemudian di ayak dengan pengayak no.44 / B. 40;
(4) salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai
dingin. Pemeriannya : tidak boleh berbau tengik. Kadar : bila tidak dinyatakan
lain salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah
10%. Homogenitas : Jika di oleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen .
Kemasan pada sediaan
salep ada bermacam-macam bentuk. Salah satunya adalah pot salep, seperti yang
dipakai pada praktikum ini. Etiket yang digunakan pada sediaan ini adalah
etiket biru, sebab sediaan salep (unguents) ditujukan untuk pemakaian luar pada
tubuh.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Resep III
berkhasiat sebagai keratolotikum dan antiskabies.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan Republik
Indonesia
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat ;
Teori dan Praktik. UGM Press. Yogyakarta
Anief, Moh. 1993. Farmasetika. UGM Press. Yogyakarta
Ansel, Howard. 1989. Pengantar bentuk
Sediaan Farmasi. Edisi ke empat. Universitas Indonesia: Jakarta.
Chaerunnisa, Anis Yohana. 2009. Farmasetika
Dasar. Widya Padjajaran: Bandung.
nice
BalasHapusmbak thaks infonya. izin copy yaa
BalasHapusMbak tulisannya gak keliatan :(
BalasHapusMbak tulisannya gak keliatan
BalasHapusTop....tpi tulisanya gk kelihatan.
BalasHapusKak tulisanya gak keliatan :(
BalasHapus