Kamis, 28 Maret 2013

Laporan Penetapan Kadar Metampiron

LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“PENETAPAN KADAR METAMPIRON"
 
 

NAMA              : ASTRID INDALIFIANY

NIM                  : F1F1 10 025
KELOMPOK   : V ( Lima )
ASISTEN         : SARLAN S,Si
 
 
 
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
 
A. Tujuan

            Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu menetapkan kadar metampiron secara iodimetri.

B. Landasan Teori

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti             CuSO­4.5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel (Rohman, 2007).
Metampiron adalah suatu senyawa analgetika non narkotik yang berkerja sebagai analgetika dan antiinflamasi. Merupakan natrium sulfonat dari aminopirin. Karena resiko efek samping yang baik dan serius, pemakaian obat ini hanya dibenarkan  pada situasi yang serius. Metampiron adalah salah satu obat penghilang rasa sakit golongan NSAID (Nonsteroidal Anti Inflammatori Drugs) atau sering disebut analgetika non narkotik. Senyawa ini merupakan turunan 5-pirazolon yang secara umum digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada keadaan nyeri kepala, nyeri pada spasma usus, ginjal, saluran empedu dan urin, nyeri gigi, dan nyeri pada reumatik (Sri, 2009).
Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antalgin merupakan derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal. Karena bahaya agranulositosis, obat ini sudal lama dilarang peredarannya di banyak negara, antara lain Amerika Serikat, Swedia, Inggris, dan Belanda.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan kadar suatu obat, tergantung dari struktur kimia dan sifat kimia-fisikanya. Antalgin dapat ditentukan secara titrimetri, yaitu dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut teroksidasi dengan iodium (Kristian, 2009).
Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri secara langsung yang mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Sistem redoks iodin (triiodida)- iodida  mempunyai potensial standar sebesar + 0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium (IV) dan kalium dikromat. Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit (Eka, et al. 2007).
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut.
Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan timbangan analitik) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/b) =   x 100%
Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan menggunakan pipet volum) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/v) =   x 100%
Berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya (Rohman, 2007).





C. Alat dan Bahan
· Alat
Alat-alat yang dipakai pada percobaan ini adalah
1.    Statif
2.    Klem
3.    Buret 50 mL
4.    Erlenmeyer 250 mL
5.    Labu takar 1000 mL
6.    Gelas ukur 50 mL
7.    Pipet tetes

· Bahan
Bahan-bahan yang dipakai pada percobaan ini adalah
1.    Akuades
2.    Larutan Iodium 0,1N
3.    Asam sulfat encer
4.    Larutan kanji 0,5%
5.    Antalgin
E. Hasil Pengamatan
Hasil pegamatan dalam penentuan kadar metampiron adalah sebagai berikut
No.
Perlakuan
Keterangan
1.

2.
Antalgin 200 mg + air 50 ml + asam sulfat encer 2,5 ml
Antalgin 200 mg + air 50 ml + asam sulfat encer 2,5 ml, ditirasi dengan I2 9 ml + larutan kanji
Bening

Biru

Perhitungan
Diketahui : - Volume I2       = 9 ml
                   - Normalitas I­2   = 0,1N
                   - Berat ekivalen = 16,67 mg
                   - Berat sampel   = 0,02 gram = 200 mg


Ditanya/ penyelesaian:
                                      Kadar metampiron   =  x 100%
                                                                       =  x 100%
                                                                       = 7,5%

Reaksi
Menjadi    + NaHSO3 + CHOH

atau:

NaHSO3 + I2 + H2O                           NaHSO4 + 2HI


F. Pembahasan

Metampiron adalah suatu derivat Pirazolon yang mempunyai efek analgetika-antipiretika yang kuat.Dengan penambahan Tiamina mononitrat, efek analgetiknya diperkuat lagi.Khusus untuk menghilangkan rasa nyeri yang berhubungan neuritis. Efek samping dari obat ini adalah  Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama, penggunaan obat-obat yang mengandung Metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis.Untuk mendeteksi hal tersebut, selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur.Jika gejala tersebut timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan.Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah methemoglobinemia, erupsi kulit, seperti pada kasus eritematous disekitar mulut, hidung dan alat kelamin. Reaksi hipersensitif reaksi pada kulit.
Pada percobaan ini, digunakan metampiron sebanyak 200 mg yang akan dititrasi dengan menggunakan larutan iodin dan indikator kanji. Sebelum dititrasi, terlebih dahulu metampiron yang telah dilarutkan dengan 50 ml air, ditetesi dengan asam sulfat encer sebanyak 2,5 ml. Hal tersebut dilakukan agar larutan metampiron dapat dinaikkan keasamannya sehingga dapat dititrasi. Telah diketahui bahwa dalam metode titrasi, larutan yang diuji akan ditetesi dengan menggunakan larutan yang merupakan kebalikan dari asam-basanya. Untuk itulah perlu dinaikkan keasaman dari larutan metampiron tersebut. Metampiron digunakan sebagai titrat, sementara iodin digunakan sebagai titran. Penetapan metampiron pada percobaan ini dilakukan dengan analisis iodometri yang merupakan reaksi oksidasi reduksi. Iodometri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksinya paling rendah dari sistem larutan iodium. Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi. Namun, pada percobaan iodimetri kali ini kita menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Kelarutan dari iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida kemudian mengoksidasi metampiron (NaHSO) menjadi suatu senyawa, yakni NaHSO4. Titik akhir dari reaksi ini diindikasikan oleh reaksi dari iodin dengan larutan pati yang akan membentuk warna biru gelap. Selama metampiron masih terdapat dalam larutan, triiodida secara cepat dikonversi menjadi ion iodida sehingga tidak ada warna biru gelap yang terbentuk dari reaksi antara iodin - pati. Namun ketika metampiron telah dioksidasi, maka triiodida berlebih dalam kesetimbangan dengan iodin akan membentuk warna biru gelap akibat reaksi dengan pati. Penambahan pati berfungsi sebagai indikator, di mana pati akan membentuk kompleks berwarna biru dengan I3-. Bila I3- sudah habis bereaksi menjadi I- maka warna biru yang terbentuk akan hilang.
Keunggulan pada pemakaian kanji ini yaitu bahwa harganya murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut : (i) bersifat tidak dapat larut dalam air dingin; (ii) ketidak stabilan suspensinya dalam air; (iii)  dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehinggakanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi
            Setelah terjadi perubahan warna, maka titrasi dihentikan. Perubahan warna tersebutlah yang menunjukkan adanya titik akhir titrasi. Pada percobaan ini, larutan iod yang digunakan hingga titrasi dilakukan sebanyak 9 ml. Volume larutan iod yang digunakan ini, akan diperlukan dalam perhitungan kadar metampiron.


G. Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, kadar metampiron yang diperoleh sebesar 7,5%.












DAFTAR PUSTAKA

Kristian, Mei. 2009. ‘Penetapan Kadar Tablet Antalgin Secara Titrasi Iodimetri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan’. Skripsi. Fakultas Farmasi Univerisitas Sumatra Utara. Medan.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Digi Art Yogya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Ratri, E., Indah, AR., Ikoma, Y., Istina, T., Yuniarti, A., Nisa, V., Winda, Talitha, M., Sukma, A., Pratiwi, N. 2007. ‘Iodimetri’. Jurnal Kimia. Universitas Brawijaya. Malang.

Romaito, Sri. 2009. ‘Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Efek Analgetika Metampiron pada Marmut (Cavia cobaya)’. Skripsi. Fakultas Farmasi Univesitas Sumatra Utara. Medan.
 

 





















 

1 komentar:

  1. seandainya dia sirup antalgin proses pekerjaannya bagaimana ya

    BalasHapus