LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“KOMPLEKSOMETRI"
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
NIM :
F1F1 10 025
KELOMPOK : V ( Lima )
ASISTEN :
SARLAN S,Si
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2011
A. Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar kalsium secara kompleksometri.
B. Landasan Teori
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2CN- → Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- → HgCl2
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai
dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion
kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah
anion atau molekul netral. (Khopkar, 2002).
Suatu
EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam,
sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks
logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY- . Ternyata bila
beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA
akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut
(Harjadi, 1993).
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan
pembentukanpersenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat salingmengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi -
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak
sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena
itu perlu pengertian yang cukup luastentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi (Underwood, 1994).
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat
kelarutan tinggi. Selain tirasi kompleks seperti biasa di atas, dikenala pula
komleksometri yang dikenal sebagai kelatometri seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, missal Mg, Ca, Cr
dan Ba dapat dilihat pada pH = 10 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakan indicator mempergunakan indicator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indicator
demikian disebut indicator metalokromat. Indicator jenis ini contohnya
Eriochome black T (Khopkar, 1990).
Penelitian pemutihan
zeolit menggunakan bahan pemutih natrium ditionat dan EDTA telah dilakukan.
Pada proses pemutihan zeolit, natrium ditionat digunakan untuk mereduksi Fe2O3
menjadi FeO yang lebih mudah larut dalam air. Jumlah FeO dan Fe2O3 yang larut
dalam air diperbesar oleh anion EDTA yang mengikat ion Fe2+ dan Fe3+ yang
terlarut dalam air (Aini dan Indriati, 2007).
C. Alat dan Bahan
·
Alat
Alat-alat yang dipakai dalam
percobaan ini antara lain:
1. Buret
50 ml
2. Erlenmeyer
500 ml
3. Statif
dan klem
4. Pipet
tetes
5. Pipet
ukur
6. Spatula
7. Filler
·
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini, antara lain:
1. Tiga jenis sampel air dari sumber yang
berbeda
2. EDTA
3. Eriochom Black T
4. Larutan dapar amonia pH 10
E. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Sampel air 25 ml + 25
ml aquades + 5 ml d dapar
amonia pH 10
|
Warna Bening
|
2.
|
Sampel air 25 ml + 25
ml aquades + 5 ml dapar
amonia pH 10 + sedikit Eriochrome
Black T
|
Warna Ungu
|
3.
|
Sampel air 25 ml + 25
ml aquades + 5 ml dapar
amonia pH 10 + sedikit Eriochrome
Black T kenudian dititrasi dengan EDTA
|
Warna Biru Tua
|
· Data Pengamatan
Konsentrasi
EDTA =
0,05 M
Volume
EDTA untuk sampel air sumur = 1,6 ml
Volume
EDTA untuk sampel air kran = 1,8 ml
Volume
EDTA untuk sampel air hujan = 1,4 ml
· Perhitungan
Dik
:
Volume EDTA
untuk sampel air sumur = 1,6 ml
Volume
EDTA untuk sampel air kran = 1,8 ml
Volume
EDTA untuk sampel air hujan = 1,4 ml
N EDTA = 0,05 M
Ar EDTA = 40
Berat sampel = 25 ml = 25.000 mg
Dit, Peny :
Kadar Ca air
sumur = x 100%
= x 100%
=
0,0128%
Kadar
Ca air kran = x 100%
= x 100%
= 0,0144%
Kadar
Ca air hujan = x 100%
= x 100%
= 0,0112%
· Reaksi yang terjadi
Ca2+ ditambahkan
F.
Pembahasan
Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang
banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium
etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).
Salah satu
jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara
titrimetri adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks,
yang mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi. Ion
logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron membentuk
senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam kompleks tersebut
dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk seyawa kompleks dengan
atom pusat ini disebut ligan, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut
bilangan koordinasi.
Dalam percobaan ini diambil 3 sampel air dari sumber yang berbeda-beda, yakni air sumur,
air kran, dan air hujan. Ketiganya diukur kandungan Ca-nya sehingga dapat
diketahui kadar Ca dalam ketiga sampel air tersebut. Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun
secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas air, boiler, atau
pemanasan lainnya. Hal inidisebabkan adanya kehadiran ion-ion metal polivalen,
terutama kalsium dan magnesium. Ca2+ dan
Mg2+ dapat bereaksi dengan sabun sehingga membentuk garam-garam
organik yang tidak melarut dan berbentuk sebagai busa pada permukaan air.
Pada percobaan ini mencoba menentukan tingkat
kesadahan suatu sampel air dengan menggunakan reaksi
pembentukkan ion kompleks. Sampel air didapat dari berbagai sumber. Mula-mula
sampel air dipipet sebanyak 25 ml dan diberi larutan buffer pH 10. Tujuan ditambahkannya larutan
dapar ammonium pH 10 untuk menjaga ion tetap dalam larutan misalnya Zn2+ yang ditrasi pada pH 10 dengan konsentrasi ion
ammonium yang tinggi. Ammoniak tidak hanya membufferkan pada pH yang diperlukan
tetapi juga menghindarkan terjadinya hidrolisis. Setelah itu, diberi indikator EBT sehingga
berwarna ungu. Eriochrome Black T (Edokrom Hitam T) adalah sejenis indicator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan ph 10,0 + 0,1. Tujuan diberikan
indikator ini adalah karena indikator tersebut peka
terhadap kadar logam dan pH larutan sehingga titik akhir titrasinya pun dapat
diketahui. Lalu dititrasi menggunakan Na2EDTA.
Dalam
percobaan
didapat hasil bahwa kesadahan air di berbagai
tempat berbeda-beda. Hal
tersebut dilihat dari perhitungan pada berbagai sampel air air yang berbeda.
Ketiganya menunjukkan ketidaksamaan pada kadar Ca didalam air
tersebut. Masing-masing sampel diteliti kadar
kalsiumnya (Ca2+), karena seperti yang kita ketahui kesadahan masing-masing
air berbeda yang ditunjukkan dari kadar kalsium air tersebut dimana semakin
tinggi kadar kalsium (Ca2+)
air maka tingkat kesadahannya akan tinggi pula.
Kesadahan air tiap tempat berbeda karena
beberapa faktor diantaranya pengaruh dari geologi tanah di setiap daerah.
Keadaan geologi tanah ini misalnya kandungan logamnya
semakin tinggi, maka kesadahan airnya juga akan semakin
tinggi. Selain keadaan geologi
tingkat kesadahan air juga dapat disebabkan oleh limbah industri.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kadar Ca2+
dalam berbagai sumber air berbeda-beda. Air sumur memiliki kandungan Ca2+
sebesar 0,0128%, air kran sebesar 0,0144%, dan pada air hujan sebesar 0,0112%.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, M.N. dan L. Indriati. 2007.
Proses Pemutihan Zeolit Sebagai Bahan Pengisi Kertas. Berita Selulosa Vol. 42(1).
Harjadi, W.
1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Khopkar, S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press.
Jakarta.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia
Analitik. UI Press. Jakarta.Rivai, H. 1995.
Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas
Indonesia Press, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar