LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“ REAKSI –
REAKSI KHUSUS SENYAWA C, H, O, N LAIN“
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
NIM :
F1F1 10 025
KELOMPOK : V ( Lima )
ASISTEN :
SARLAN S,Si
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2011
A.
Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi-reaksi khusus senyawa yang
mengandung C, H, O, N lain
B.
Landasan Teori
Karbon
aktif merupakan suatu bahan yang sangat bermanfaat bagi usaha-usaha
perlindungan lingkungan. Karbon aktif mempunyai daya serap yang baik, sehingga
dapat digunakan sebagai media penyerap zat-zat yang tidak diinginkan maupun
toksik, baik dalam air maupun gas. Salah satu zat toksik yang dapat diserap
oleh karbon aktif adalah fenol. Adsorpsi isotherm fenol merupakan salah satu
tes adsorpsi yang melengkapi informasi sifat adsorpsi karbon aktif dalam pengolahan
air.
Penelitian
untuk unsur karbon diawali sejak ditemukannya molekul C60 pada tahun
1985, dan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan teknik arc-discharge pada tahun 1990 allotrope karbon jenis baru dalam
kuantitas makroskopik (Mustofa, Salim. 2009).
Bentuk aktif vitamin C adalah asam askorbat itu sendiri dimana
fungsinya sebagai donor ekuivalen pereduksi dalam sejumlah reaksi penting
tertentu. Asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat ,yang dengan
sendirinya dapat bertindak sebagai sumber vitamin tersebut. Asam askorbat
merupakan zat pereduksi dengan potensial hydrogen sebesar +0,008 V, sehingga
membuatnya mampu untuk mereduksi senyawa-senyawa seperti oksigen molekuler,
nitrat, dan sitokrom a serta c. Defisiensi atau kekurangan asam askorbat
menyebabkan penyakit skorbut, penyakit ini berhubungan dengan gangguan sintesis
kolagen yang diperlihatkan dalam bentuk perdarahan subkutan serta perdarahan lainnya
, kelemahan otot, gusi yang bengkak dan menjadi lunak dan tanggalnya gigi,
penyakit skorbut dapat disembuhkan dengan memakan buah dan sayur-sayuran yang
segar. Cadangan normal vitamin C cukup untuk 34 bulan sebelum tanda-tanda
penyakit skorbut muncul.
Penisilin
merupakan salah satu antibiotik yang paling efektif selama empat dekade ini.
Peningkatan kebutuhan medis akan penisilin telah membuka peluang bagi
pengembangan industri pembuatan
penisilin secara komersial yang menuntut peningkatan kualitas dan kuantitas
dari penisilin yang dihasilkan. Perbaikan kualitas dan kuantitas penisilin
dapat tercapai apabila parameter-parameter metabolik dari proses fermentasi
adalah optimum. Penisilin merupakan campuran asam organik berstruktur komplek
yang diisolasi sebagai garam-garam natrium, kalium dan kalsium. Penicillium
notatum dan P. chrysogenum. Kultur yang sama dapat menghasilkan beberapa
macam molekul penisilin antara lain penisilin G dan penisilin V (Husein,1982).
Dewasa ini dikenal 5 jenis penisilin hasil proses fermentasi. Penisilin G
merupakan penisilin yang paling banyak diproduksi secara komersial dewasa ini. Penisilin
dapat menjadi non aktif apabila terkena pengaruh panas, sistein, NaOH, penicilinase
(enzim yang terdapat dalam banyak bakteri yang dapat merusak penisilin) dan
asam hidroklorat, seperti yang terdapat dalam lambung (Husein, 2002 digitized
by USU digital library 31982). Zat lain yang
dapat merusak Penisilin antara lain adalah logam-logam berat seperti Cu, Ag,
Fe, dan Zn.
Ikatan
hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang mempunyai muatan positif
parsial dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang
elektron bebas dengan oktet lengkap, seperti O dan N. Atom yang bermuatan
positif parsial dari molekul atau atom lain yang berbeda ikatan kovalennya
dalam satu molekul.
Sifat
kimia fisika suatu senyawa dapat mengalami perubahan dengan adanya ikatan
hidrogen, dan pada kasus tertentu, ikatan hidrogen mempunyai peran penting
terhadap aktivitas biologis obat (Siswandono. 2000).
C.
Alat dan Bahan
·
Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini, adalah:
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Neraca analitik
5. Mortar dan alu
6. Spatula
7. Gelas Kimia
8. Batang pengaduk
·
Bahan
1. Aquades
2. Asam askorbat 0,5 gram
3. CuSO4
4. Asam sulfat encer
5. NaOH
6. CTM 0,5 gram
7. Penisilin 0,1 gram
8. Larutan I2
E.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari percobaan ini,
dapat dilihat dari tabel berikut ini:
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Asam askorbat (0,5
gram) + air + CuSO4 + asam sulfat encer
|
Awalnya berwarna biru,
tetapi setelah ditambah asam sulfat encer, warna birunya menghilang
|
2
|
NaOH + CuSO4
NaOH + CuSO\4 + CTM
|
Larutan berwarna biru
Larutan berwarna hijau
|
3
|
Penisilin + air +
Larutan I2
|
Larutan berwarna
kuning dan terbentuk endapan putih
|
F.
Pembahasan
Analisis
kualitatif memiliki artian mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam
cuplikan yang tidak diketahui. Analisis ini merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam
larutan. Analisa kualitatif membahas tentang pengidentifikasian zat-zat yang
terdapat dalam suatu sampel. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk
memisahkan atau mengidentifikasi sejumlah unsur.
Dalam
percobaan ini, akan diamati reaksi-reaksi khusus pada senyawa yang mengandung
C, H, O, dan N dengan menggunakan beberapa zat, yakni asam askorbat, CTM, dan
penisilin. Zat-zat tersebut ada yang membentuk senyawa kompleks dan
teroksidasi. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari
penggabungan ligan
dan ion
logam.
Senyawa kompleks yang terbentuk adalah senyawa antara asam askorbat dengan CuSO4
dan antara NaOH,CuSO4, dengan CTM.
Pada
perlakuan pertama, digunakan asam askorbat. Asam askorbat merupakan salah satu senyawa
kimia yang disebut vitamin C.
Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki
sifat-sifat antioksidan.
Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi),
penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Asam askorbat ini dilarutkan dalam air
kemudian dicampur dengan CuSo4, dan membentuk senyawa kompleks.
Setelah tercampur, terlihat larutan tersebut berwarna biru. Hal ini disebabkan
karena sifat atom pusatnya yang termasuk logam (Cu) pada umumnya akan selalu
bergejolak (beresonansi, berfibrasi, ataupun tereksitasi) akibat adanya ligan
pada saat terbentuknya senyawa kompleks. Pada saat ligan asam askorbat masuk
pada CuSO4, terutama pada Cu-nya, elektron-elektron pada Cu akan
berfibrasi, sehingga mengakibatkan terjadinya eksitasi. Pada saat tereksitasi,
elektronnya akan naik pada tingkatan energi yang lebih tinggi dengan kecepatan
sekitar 10-3 detik sehingga tidak terlihat oleh mata manusia.
Elektron tersebut kemudian naik, dan akan turun kembali. Pada saat elektron pada
orbital d atom pusat Cu naik, elektron ini akan menyerap sinar matahari yang
mengandung berkas-berkas polikromatik. Berkas-berkas ini memiliki banyak warna
tetapi, elektron Cu yang telah tereksitasi tersebut hanya menyerap warna yang
bersesuaian dengan energi yang dimilikinya, yakni warna biru. Setelah elektron naik
pada tingkatan energi yang tinggi dan menyerap sinar matahari, maka elektron
tersebut akan turun kembali. Akan tetapi, elektron tidak akan bisa turun
apabila energi yang dimilikinya tinggi. Untuk itulah, dilakukan penurunan
energi dengan melepaskan energi yang dimilikinya dalam bentuk berkas-berkas
proton yang berwarna biru. Inilah yang menyebabkan terlihatnya warna biru
setelah mencampurkan asam askorbat dengan CuSO4.
Asam
askorbat dan CuSO4 merupakan senyawa kompleks yang dapat dipecah
kembali dengan menambahkan oksidator kuat seperti asam sulfat. Setelah larutan
ditambahkan asam sulfat, senyawa kompleks tersebut akan teroksidasi, sehingga
menyebabkan warna biru pada larutan hilang.
Pada
perlakuan kedua, dibuat dua larutan berbeda, dimana hal yang membedakannya
adalah dicampurkannya CTM. Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM
merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative
(menimbulkan rasa kantuk).
Larutan
pertama dibentuk dengan mencampurkan NaOH dan CuSO4. Setelah tercampur,
dapat dilihat larutan tersebut berwarna biru. Larutan kedua dibentuk dengan
mencampurkan NaOH, CuSO4, dan CTM. Setelah tercampur, dapat dilihat
larutan tersebut berwarna hijau. Pada percobaan ini, terbentuk endapan yang
seharusnya tidak ada. Hal ini disebabkan karena penggerusan CTM yang tidak
halus. Larutan ini juga termasuk senyawa kompleks. Sama halnya dengan asam
askorbat dan CuSO4 yang tereksitasi dan menyerap berkas polikromatik
sinar matahari yang berwarna hijau. Setelah naik tereksitasi, elektronnya turun
dengan melepaskan energi yang dimilikinya dalam bentuk proton-proton yang
berwarna hijau. Inilah yang menyebabkan larutan tersebut berwarna hijau.
Pada
perlakuan ke tiga digunakan penisilin. Penisilin merupakan sebuah
kelompok antibiotika
β-laktam yang digunakan dalam penyembuhan penyakit infeksi karena bakteri.
Pada percobaan, dicampurkan penisilin dengan I2, sehingga membentuk
endapan. Terbentuknya endapan disebabkan karena bercampurnya penisilin dengan I2
yang merupakan oksidator. Adanya I2 mengakibatkan penisilin
teroksidasi, sehingga akan melebihi nilai tetapan hasil kali kelarutannya.
Apabila Ksp tinggi maka akan terjadi endapan.
G.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari percobaan ini adalah terdapat reaksi-reaksi khusus pada
senyawa yang mengandung unsur C,H,O, dan N lain. Reaksi-reaksi khusus tersebut
adalah perubahan warna dan terbentuknya endapan pada larutan.
Daftar Pustaka
Mustofa, Salim. 2007. Pembuatan Karbon Berstruktur Nano dengan
Metode High Energy Milling. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir,
Tangerang. Vol. 10 No. 3 Juni 2009 hal: 288-291
Pertiwi,
Dini. Studi Pemanfaatan Sabut Kelapa
sebagai Karbonaktif untuk Menurunkan Konsentrasi Fenol. The capability of
Coconut coir as activated carbon for phenol removal.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Digitized by USU digital library.
Sarah, Maya. Parameter Metabolik dalam Penggunaan Penisilin. Fakultas Teknik
Program studi teknik kimia Universitas sumatera Utara
Siswandono.
2000. Kimia Medisinal. Surabaya:
Airlangga University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar