LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“ASIDI-ALKALIMETRI"
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
NIM :
F1F1 10 025
KELOMPOK : V ( Lima )
ASISTEN :
SARLAN S,Si
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2011
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk
menetapkan kadar asam dengan
menambah pereaksi tertentu untuk menaikkan keasamannya,
sehingga dapat dititrasi dengan baku alkali.
B. Landasan Teori
Asidi alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton. Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena
merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu memberikan ketapatan yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetrik kurang spesifik. Dalam
analisis titrimetri atau analisis volumetri atau analisis kuantitatif dengan
mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku
(standar) yang kadar (konsentrasinya) telah diketahui secara teliti dan
reaksinya berlangsung secara kuantitatif.
Suatu titrasi yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama dengan
titik ekivalen teoritis. Dalam kenyataannya selalu ada perbedaan kecil. Beda
ini disebut dengan kesalahan titrasi yang dinyatakan dengan mililiter larutan
baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator harus dilakukan sedemikian rupa agar
kesalahan ini sekecil-kecilnya. Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut
(solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang
terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap
satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter (Rohman,
2007).
Asidimetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya, alkalimetri merupakan
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa. Keasaman permukaan merupakan jumlah
asam total (asam Brønsted dan asam Lewis) pada permukaan padatan yang dinyatakan
sebagai jumlah milimol asam perberat sampel (Widihati, 2008).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui
saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator
umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah
warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan
titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya
diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).
pH adalah
salah satu variabel yang harus dikontrol, terutama sekali bila hasil (produk)
pengolahan proses akan dikonsumsi mahluk hidup. Pengolahan limbah (waste
water treatment), industri dengan bahan baku kimia dan penyedia air bersih
adalah salah satu contoh proses yang harus mempunyai unit sistem pengendalian
tangki penetralan pH.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat – alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.
Buret 50 ml
b.
Gelas ukur 100 ml
c.
Erlenmeyer
d.
Pipet Tetes
e.
Labu Takar
f.
Gelas Kimia
2. Bahan
Bahan
- bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.
Natrium Hidroksida 0,1 N
b.
Gliserol Netral
c.
Indikator Fenolftalein
d.
Asam Borat
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Asam
Borat 0,1
gram + akuades + gliserol (25 ml) +
fenolftalein 3 tetes
|
Larutan tidak berwarna
|
2.
|
Asam
Borat 0,1
gram + akuades + gliserol (25 ml) +
fenolftalein 3 tetes + NaOH (34 mL)
|
Larutan
berwarna pink
seulas
|
Reaksi yang terjadi :
NaOH
+ H3BO3 pp
→ NaH2BO3 + H2O
OH OH
+
NaOH +
H2O
COOH COONa
Perhitungan
·
Data Pengamatan
Volume NaOH yang digunakan 34 mL
Asam borat 0,1 gram = 100 mg
·
Kadar Asam Borat
Kadar asam
borat = x 100%
= x
100%
=
21,012%
=
21%
F. Pembahasan
Titrasi asam basa merupakan suatu metode
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya. Begitu pula
sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang
telah diketahui kadarnya.
Pada
percobaan titrasi asam basa, titran ditambahkan sedikit demi sedikit sampai
mencapai batas ekivalen. Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam basa tepat
ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekivalen ini
merupakan suatu kondisi dimana terdapat kesetaraan mol titrat dengan mol
titran. Pada saat tercapai titik ekivalen, proses titrasi dihentikan kemudian
kita mencatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Pada
percobaan titrasi asam-basa yang telah dilakukan, digunakan sebuah indikator
yakni indikator fenolftalein (pp). Indikator ini ditambahkan pada titran
sebelum titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekivalen terjadi dan pada saat itulah proses titrasi dihentikan. Titik akhir
titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna. Fenolftalein merupakan
indikator yang sering digunakan. Saat terjadi titik ekivalen, terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan berada pada pH asam
atau basa. Indikator fenolftalein ini mempunyai warna tertentu pada trayek pH
atau rentang pH tertentu yang ditunjukkan dengan perubahan dari warna tersebut.
Fenolftalein tidak bereaksi hanya saja saat keadaan basa ia berwarna merah.
Oleh sebab itulah, pada percobaan ini digunakan indikator fenolftalein karena
indikator ini pada suasan asam tidak berwarna dan pada titik ekivalen berubah
warna menjadi merah muda.
Dalam
proses titrasi, untuk mengetahui kemolaran asam (titran) dapat diketahui
setelah mengetahui volume titrat yang berkurang sampai proses akhir titrasi.
Pada saat itu, mol asam dan mol basa sama, sehingga kemolaran titrat dapat
dicari.
Percobaan
ini menggunakan asam borat sebanyak 100 mg sebagai titrannya. Asam borat ini
dilarutkan dalam air dan kemudian dicampurkan dengan gliserol didalam
erlenmeyer. Larutan ini kemudian dititrasi dengan natrium hidroksida sebagai
titratnya. Pada saat titrasi berlangsung dan natrium hidroksida mencapai volume
34 mL, larutan tersebut berubah warna menjadi warna pink seulas. Hal ini
kemudian yang menjadi petunjuk agar titrasi dihentikan. Semakin muda warna pink
yang terbentuk, maka akan menunjukkan kesalahan yang relatif kecil. Untuk
itulah, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam melakukan titrasi. Setelah
diperoleh volume natrium hidroksida, maka konsentrasi asam boratpun dapat
segera diketahui.
G. Kesimpulan
Dari
hasil percobaan asidi-alkalimetri yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa kadar asam borat yang digunakan sebesar 21%.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhlish,
Hendra Cordova. Perancangan Kontrol pH
Pada Proses Titrasi Asam-Basa. Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi
Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo,
Surabaya.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suirta, I.W. 2010. “Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai
Indikator dalam Titrasi.” Jurusan Kimia
F-MIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran. Jurnal
Kimia Vol. 4(1). : 27-34
Widihati, I Gede. 2008. “Adsorpsi
Anion Cr(VI) Oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam dan Tersalut Fe2O3”.
Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia Vol. 2 (1):
25-30 ISSN 1907-985025.
Thanks, sangat membantu
BalasHapusHai Astrid Lifiany Blog kamu bagus dan sangat membantu...
BalasHapusMakasih ya Astrid udah sharing...
BTW kamu semester berapa sekarang?
boleh kenal ga? siapa tau bisa share tukar ilmu hehe :)