LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
ANALISIS II
PERCOBAAN I
PENETAPAN
KADAR SENYAWA YANG MEMILIKI WARNA ASLI
OLEH
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
STAMBUK : F1F110025
KELOMPOK : 2
NAMA ASISTEN : LD.
ABDUL KADIR
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
Penetapan
Kadar Senyawa yang memiliki Warna Asli
A. Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penetapan kadar senyawa
yang memiliki warna asli.
B. Landasan
Teori
Salah satu
proses yang dilakukan terkait dengan pekerjaan dan riset dalam bidang kimia
adalah pengukuran analitik.Tujuan pengukuran kimia pada prinsipnya adalah untuk
mencari “nilai sebenarnya” dari suatu parameter kuantitas kimiawi. Nilai
sebenarnya adalah nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara benar dan
didefinisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat kuantitas tersebut
diukur, beberapa contoh parameter yang dapat ditentukan secara analitik adalah
konsentrasi, pH, temperatur, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain lain.
Pengukuran
parameter-parameter ini sangat penting, karena data yang diperoleh nantinya
tidak hanya sebagai ukuran angka-angka biasa namun juga baik kualitatif maupun
kuantitatif dengan dapat menunjukkan nilai besaran yang sebenarnya. Sebagaimana
biasa dalam pengamatan eksperimen secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak
dapat terlepas dari faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan
ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai
tersebut ini hanya bisa diperoleh jika semua penyebab kesalahan pengukuran
dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab kesalahan ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain adalah faktor bahan kimia,
peralatan, pemakai, dan kondisi pengukuran dan lain-lain. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah
dengan proses kalibrasi (Tahir, 2009).
Spektrofotometri
adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector
vacuum phototube atau tabung foton hampa.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang
digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang
digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara
satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang
gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga
spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990).
Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang
melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada,
konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi
suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
C. Alat dan
Bahan
- Alat
Adapun alat-alat yang digunakan
dalam percobaan ini, adalah:
1. Gelas ukur
2. Beker glass
3. Labu takar
4. Pipet tetes
5. Spektrofotometer
- Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini, adalah:
1. H2SO4 0,1N
2. Aquades
3. Rivanol
E. Hasil Pengamatan
Data pengamatan:
Absorbansi baku : 0,522
Absorbansi
sampel : 0,163
Konsentrasi baku : = 0,03
sehingga,
konsentrasi sampel = x konsentrasi baku
= x 0,03
= 9,36 x 10-3
E. Pembahasan
Analisis data
kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data
angka atau numeric. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantita
maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualita, yakni data kualitatif
yang dikuantifikasikan. Jika yang dianalisis adalah data kuantitatif murni
(tinggi, berat, luas, umur, jumlah penduduk, dan sejenisnya) maka analisis
menjadi lebih mungkin dilakukan dengan tepat, karena data sudah merupakan
substansinya sendiri. Namun jika data kuantitatif yang berasal dari konversi
data kualitatif (sikap yang diskalakan, motivasi, opini orang, dan sejenisnya),
maka analisisnya menjadi rumit karena kita harus memperhitungkan validitas
konversinya. Analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di
balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang
kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data
tersebut.
Penentuan kadar
senyawa pada praktikum ini menggunakan larutan induk, yakni rivanol. Rivanol adalah
zat kimia (etakridinlaktat) yang mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan kuman). Biasanya lebih efektif pada kuman gram positif daripada
gram negatif. Sifatnya tidak terlalu menimbulkan iritasi dibandingkan dengan
povidon iodin. Antiseptik tersebut sering digunakan untuk membersihkan luka.
Rivanol lebih bagus untuk mengompres luka atau mengompres bisul, sedangkan
povidon iodin lebih bagus untuk mencegah infeksi. Serbuk rivanol berwarna
kuning dengan konsentrasi sekitar 0,1% berperan dalam membunuh bakteri, namun
tidak dapat digunakan untuk mengatasi kuman jenis tuberkolusis. Dengan demikian
tidak efektif untuk mengatasi infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman
tuberkolusis. Rivanol juga tidak dapat digunakan untuk mengatasi virus.
Kegunaan antiseptik itu untuk membersihkan luka borok dan bernanah. Salah satu
penggunaannya adalah untuk melakukan rendam duduk pada penderita bisul yang
berada di dekat anus. Rivanol digunakan bila luka tidak terlalu kotor, dengan
menggunakan kassa tutup luka tersebut. Jika luka sangat kotor, sebaiknya
bersihkan dulu dengan air mengalir, dan pemilihan penggunaan antiseptik adalah
dengan povidon iodin.
Penetapan kadar
senyawa pada praktikum ini menggunakan teknik spektrofotometri yang merupakan
suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual
dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh
suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya
yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet.
Spektrofotometer
UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet
atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan
yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang
terdapat dalam larutan tersebut. Spektrum absorpsi yang diperoleh dari hasil
analisis dapat memberikan informasi panjang gelombang dengan absorban maksimum
dari senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban yang dihasilkan selama
proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar. Konsentrasi suatu
senyawa atau unsur dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang
gelombang dengan absorban maksimum. Zat pengabsorbsi terjadi pada molekul-molekul organik dan
sedikit anion anorganik. Senyawa tersebut memiliki elektron valensi yang dapat
dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi sehingga senyawa ini dapat
menyerap cahaya yang dipancarkan. Untuk mengeksitasi elektron pembentuk ikatan
tunggal diperlukan energi yang cukup tinggi sehingga penyerapannya terbatas
pada daerah UV vakum atau pada panjang gelombang lebih dari 185 nm. Sedangkan
penyerapan yang terjadi pada daerah yang lebih besar dari daerah UV vakum
terbatas pada sejumlah gugus fungsi ( chromofore ) yang memiliki elektron
valensi dengan energi eksitasi rendah. Eksitasi elektron n ke orbital π* dalam
ikatan ganda terjadi pada saat sinar UV-VIS diserap oleh molekul yang
dianalisis dan transisi yang terjadi adalah n → π*. Pada umumnya tingkat energi
elektron nonbonding terdapat pada orbital- orbital π dan δ bonding dan
antibonding. Penyerapan terhadap radiasi dapat menyebabkan transisi elektron
diantara tingkat elektron tertentu. Pada gambar di bawah dapat dilihat jenis
transisi yang mungkin terjadi pada saat analisis, diantaranya δ → δ*, n → δ*, n
→ π*, dan π → π*.
F. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi sampel
yang dihitung sebesar 9,36 x 10-3.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep
Dasar Kimia Analitik, UI Press: Jakarta.
Tahir, Hikmal. 2009. ’Arti Penting Kalibrasi pada Proses
Pengukuran Analitik: Aplikasi pada Penggunaan pH Meter dan Spektrofotometer
Uv-vis’. Gajah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar