LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI"
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
NIM :
F1F1 10 025
KELOMPOK : V ( Lima )
ASISTEN :
SARLAN S,Si
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2011
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk menentukan kadar besi pada sampel air secara spektrofotometri
B. Landasan Teori
Besi adalah metal berwarna putih
keperakan, liat, dan dapat dibentuk, biasanya di alamdidapat sebagai hematit.
Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di
muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Pada air
permukaan, jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi didalam air,
kadar tanah Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat
dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur, selain itu juga
menimbulkan pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan
karena adanya koloidal yang terbentuk.
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak
4g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan
unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar
unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk
mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Namun
masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu
kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang
disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
Besi secara farmakologi digunakan
sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi
yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah
besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau ferro. Hal ini berkaitan
dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua daripada besi
bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang sangat dikenal adalah mudah teroksidasi
oleh oksigen dari udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai
sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan
udara, besi berada sebagai besi bervalensi dua.
Metode
analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar
tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah.
Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu
metode orto-fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi
bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk
kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan
spektrofotometri sinar tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik
yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif
(Kartasasmita, et al. 2009).
Spektrofotometri
adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector
vacuum phototube atau tabung foton hampa.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang
digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang
digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara
satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang
gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga
spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer
filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya
seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko
dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko
ataupun pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh
senyawa-senyawa dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap
tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang
larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
C. Alat dan Bahan
·
Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Spektronik 20D
2. Labu takar 100 ml 6 buah
3. Pipet ukur 10 ml
4. Pipet tetes
5. Gelas piala
6. Tabung reaksi
7. Filler
·
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1.
O-fenantrolin 0,025% 50 ml
2.
Natrium asetat
3.
Hidrosilamin klorida 10 %
50 ml
4.
Larutan baku Fe (II) 50
mg/L = 50 ppm 10 ml
E. Hasil Pengamatan
1.
Tabel
·
Absorbansi Larutan
Standar FeCl3
Konsentrasi FeCl3
|
λ
|
Å
|
1 ppm
2 ppm
3 ppm
4 ppm
5 ppm
|
495
495
495
495
495
|
-0,022
0,047
0,162
0,247
0,348
|
·
Absorbansi Sampel
Air
Sampel
|
λ
|
Å
|
Air sungai
Air PAM
Air selokan
|
495
495
495
|
-0,026
-0,042
0,584
|
2.
Perhitungan
Dari
kurva kalibrasi standar di dapatkan persamaan linear (y = 0,094x + 0,125)
Dimana
(y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi (x) menyatakan kadar Fe dalam
sampel, jadi:
·
Pada sampel air
sungai
Dik
: y = -0,026
Peny :
y = 0,094x + 0,125
-0,026 = 0,094x
+ 0,125
0,094x =
-0,026 – 0,125
0,094x = -0,151
x =
-1,606
·
Pada sampel air
PAM
Dik
: y = -0,042
Peny :
y = 0,094x + 0,125
-0,042 = 0,094x
+ 0,125
0,094x =
-0,042 – 0,125
0,094x = -0,167
x =
-1,776
·
Pada sampel air
selokan
Dik
: y = 0,584
Peny :
y = 0,094x + 0,125
0,584 = 0,094x
+ 0,125
0,094x =
0,584 – 0,125
0,094x = 0,459
x =
4,883
F. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II)
dalam sampel air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang
digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi
mempunyai panjang gelombang lebih dari 400nm, sehingga jika menggunakan
spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak terdeteksi. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Syarat analisis menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis
bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam
pennetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan hidroksilamin-HCl 5% untuk
mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+
akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Dalam keadaan dasar,
larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambhankan larutan
orto-fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna.
Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan
dan berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus
dijaga tetap dengan cara menambahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan
natrium asetat dilakukan sebelum penambahan orto-fenantrolin. Dalam penentuan
kadar fe dalam sampel menggunakan spektrofotometri visibel perlu dibuat larutan
standar. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan
digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air.
Pada percobaan, mula-mula diukur absoransi larutan standar (FeCl3)
dengan panjang gelombang sebesar 495 nm. Larutan standar tersebut dimasukkan
dalam lima tabung berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula, yakni pada
konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Setelah absorbansi pada
kelima larutan standar tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi
larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya.
Selanjutnya, dilakukan
pengukuran absorbansi sampel air dengan panjang gelombang sebesar 495 nm. Pada
percobaan yang telah dilakukan, diambil tiga sampel air berbeda dengan
masing-masing sampel sebanyak 25ml, yakni air sungai, air PAM, dan air selokan.
Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh data bahwa air sungai memiliki nilai
absorbansi sebesar -0,026, air PAM memiliki nilai absorbansi sebesar -0,042,
sedangkan air selokan memiliki nilai absorbansi sebesar 0,584. Dari data
tersebut dibuat kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik hubungan antara
konsentrasi dan transmitansi sehingga grafik yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis y = 0,094x + 0,125.
Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sample air
sumur. Dari persamaan agris tersebut y menyatakan absorbansi sampel, sedangkan
x menyatakan kadar Fe yang dikandungnya. Melalui perhitungan diperoleh data
kandungan besi pada ketiga sampel air yang telah diuji.
G. Kesimpulan
Melalui percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa sampel
air sungai memiliki kadar besi sebesar -1,606. Sampel air PAM memiliki kadar besi
sebesar -0,776. Sedangkan sampel air selokan, memiliki kadar besi sebesar
4,883.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Kartasasmita,
E., Tuslinah, L., Fawaz, M. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan
Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin’. Jurnal Kesehatan Vol (1) No.1.
Hal:69-78. Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada.
Tasikmalaya.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI
Press, Jakarta.
Trianjaya,
Zunaidi. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi pada Soft Water secara Spektrofotometri di
PT. Cocacola Bottling di Indonesia’. Karya
Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.
isinya udah bagus, tapi latarnya bikin sakit mata
BalasHapuscara pengolahan data nya untuk dijadiin line kayak gitu giumana yaa
BalasHapus