LAPORAN FARMASI FISIK I
O L E H
NAMA : ASTRID
INDALIFIANY
NIM : F1F1
10 025
KELOMPOK : I
( SATU)
PROGRAM STUDI : FARMASI
AS. PEMBIMBING : DIAN PERMANA
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
KELARUTAN INTRINSIK
OBAT
A.
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini, antara lain:
1. Untuk menetapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan zat
2. Untuk menjelaskan pengaruh pelarut
campur terhadap kelarutan zat
B.
Landasan Teori
Sifat
kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam media yang
berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu pelarut polar,
seperti air, dan pelarut nonpolar seperti lemak. Sifat hidrofilik atau
lipofibik berhubungan dengan kelarutan dalam air, sedang sifat lipofilik atau
hidrofibik berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugus-gugus yang dapat
meningkatkan kelarutan molekul dalam lemak disebut gugus lipofilik (hidrofobik
atau nonpolar). Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan aktivitas biologis
dari senyawa seri homolog. Sifat kelarutan juga berhubungan erat dengan
absorbsi obat. Hal ini penting karena intensitas aktivitas biologis obat
tergantung pada derajat absorpsinya (Siswandono, 1998).
Waktu
kelarutan obat dalam tubuh sangat erat hubungannya dengan efektivitas obat
dalam menghilangkan rasa sakit yang diderita. Waktu kelarutan obat pada uji
disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat di dalam tubuh. Semakin cepat
larut suatu obat, maka semakin efektif obat tersebut bekerja (Henny, 2008).
Banyak
bahan obat yang mempunyai kelarutan dalam air yang rendah atau dinyatakan
praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam cairan organik. Senyawa-senyawa
yang tidak larut seringkali menunjukkan absorbsi yang tidak sempurna atau tidak
menentu. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu
bahan obat, antara lain : pembentukan kompleks, penambahan kosolven, penambahan
surfaktan, manipulasi keadaan padat, dan pembentukan prodrug. Propilen glikol
atau propana-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut atau kosolven yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat dalam formulasi sediaan cair,
semi padat dan sediaan transdermal. Dengan penambahan kosolven dapat
meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati membran (Linda, 2009).
Proses
absorbsi merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas farmakologis
obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorbsi akan mempengaruhi
efek obat atau menyebabkan kegagalan pengobatan. Kelarutan obat dalam lemak
merupakan salah satu sifat fisik yang memengaruhi absorpsi obat ke membran
biologis. Makin besar kelarutannya dalam lemak, maka makin tinggi pula derajat
absorbsi obat ke membran biologis (Siswandono, 1995).
C. Alat dan Bahan
· Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percoban ini, antara lain:
1.
Corong
2.
Erlenmeyer
250 mL
3.
Timbangan
4.
Batang
pengaduk
5.
Statif
dan Klem
6.
Buret
50 mL
7.
Pipet
tetes
8.
Pipet
Ukur 10 mL
9.
Filler
10. Tabung reaksi
11. Rak tabung reaksi
· Bahan
1. Asam salisilat
2. Akuades
3. Etanol
4. Propilen glikol
5. Larutan NaOH 0,1M
6. Indikator fenolftalein
7. Kertas Saring
E.
Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan dapat dilihat pada
tabel berikut.
No.
|
Tabung
Ke-
|
Volume
NaOH (mL)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
1
2
3
4
5
6
7
|
5,8
7,5
6,5
3,5
6,5
5,0
5,8
|
Perhitungan
1.
Molaritas NaOH
Diketahui : Normalitas NaOH = 0,1 N
Ditanyakan : Molaritas NaOH…….?
Perhitungan :
Molar
2.
Kadar asam salisilat
· Percobaan I
Diketahui : V
NaOH = 5,8 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan:
V NaOH x
M NaOH = V asam salisilat x M asam
salisilat
5,8 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat = 0,116
M
· Percobaan II
Diketahui : V
NaOH = 7,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat
x M asam salisilat
7,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat =
0,15 M
· Percobaan III
Diketahui : V
NaOH = 6,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat
x M asam salisilat
6,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat =
0,13 M
· Percobaan IV
Diketahui : V
NaOH = 3,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat
x M asam salisilat
3,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat =
0,07 M
· Percobaan V
Diketahui : V
NaOH = 6,5 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat
x M asam salisilat
6,5 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat =
0,13 M
· Percobaan VI
Diketahui : V
NaOH = 5,0 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat
x M asam salisilat
5,0 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat =
0,1 M
· Percobaan VII
Diketahui : V NaOH = 5,8 mL
M NaOH = 0,1 M
V asam salisilat = 5 mL
Ditanyakan : Kadar
asam salisilat…….?
Perhitungan :
V NaOH x M NaOH = V asam salisilat
x M asam salisilat
5,8 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam salisilat
M asam salisilat =
0,12 M
3.
Konstanta dielektrik
(ε) masing-masing pelarut dalam pelarut campuran
a.
Konstanta dielektrik
air dalam pelarut campur
Pada percobaan I – VII
Diketahui : ε
air = 80,4
V air = 60 (% v/v)
Ditanyakan : ε air
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε air dalam pelarut
campur = ε
air × % v/v air
=
= 48,24
b.
Konstanta dielektrik
etanol
· Percobaan I
Diketahui : ε
etanol = 25,7
V etanol = 0 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 0
· Percobaan II
Diketahui : ε
etanol = 25,7
V etanol = 5 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v
etanol
=
25,7 ×
=
1,285
· Percobaan III
Diketahui : ε
etanol = 25,7
Vetanol =
10 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 2,57
· Percobaan IV
Diketahui : ε
etanol = 25,7
Vetanol = 15 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 3,855
· Percobaan V
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 30 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 7,71
· Percobaan VI
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 35 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 8,995
· Percobaan VII
Diketahui : ε etanol = 25,7
V etanol = 40 (% v/v)
Ditanyakan : ε etanol
dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε etanol dalam
pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol
= 25,7 ×
= 10,28
c.
Konstanta dielektrik
propilen glikol
· Percobaan I
Diketahui : ε propilen glikol = 50
V propilen glikol = 40 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen
glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 20
· Percobaan II
Diketahui : ε
propilen glikol = 50
V propilen glikol = 35 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen
glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 17,5
· Percobaan III
Diketahui : ε propilen
glikol = 50
V propilen glikol = 30 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen
glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 15
· Percobaan IV
Diketahui : ε propilen glikol = 50
V propilen glikol = 25 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen
glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 12,5
· Percobaan V
Diketahui : ε propilen glikol = 50
V propilen glikol = 10 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 5
· Percobaan VI
Diketahui : ε
propilen glikol = 50
V propilen glikol = 5 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen
glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 2,5
· Percobaan VII
Diketahui : ε propilen glikol = 50
V propilen glikol = 0 (% v/v)
Ditanyakan : ε propilen
glikol dalam pelarut campur…….?
Perhitungan :
ε propilen glikol
dalam pelarut campur = ε × % v/v
= 50 ×
= 0
1.
Konstanta dielektrik
pelarut campur
Percobaan Ke-
|
ε air
|
ε etanol
|
ε propilen glikol
|
ε pelarut campur
(ε air + ε etanol + ε
propilen glikol)
|
Konsentrasi Asam
salisilat (M)
|
1
|
48,24
|
0
|
20
|
68,24
|
0,116
|
2
|
48,24
|
1,285
|
17,5
|
67,025
|
0,15
|
3
|
48,24
|
2,57
|
15
|
65,81
|
0,13
|
4
|
48,24
|
3,855
|
12,5
|
64,595
|
0,07
|
5
|
48,24
|
7,71
|
5
|
60,95
|
0,13
|
6
|
48,24
|
8,995
|
2,5
|
59,735
|
0,1
|
7
|
48,24
|
10,28
|
0
|
58,52
|
0,12
|
F. Pembahasan
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada
sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut. Selain itu, juga bergantung
pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil,
bergantung pada terbaginya zat terlarut. Salah satu sifat fisika yang
mempengaruhi kelarutan adalah konstanta dielektrik pelarut. Konstanta
dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi yang merupakan rasio antara
kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv).
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah asam salisilat sebanyak 1 gr. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut
campur sebanyak 10 mL yang terdiri atas air, alkohol, dan propilen glikol.
Pelarut campur dibuat dalam tujuh komposisi yang berbeda-beda seperti pada
tabel berikut.
Air (% v/v)
|
Alkohol (% v/v)
|
Propilen glikol (% v/v)
|
60
|
0
|
40
|
60
|
5
|
35
|
60
|
10
|
30
|
60
|
15
|
25
|
60
|
30
|
10
|
60
|
35
|
5
|
60
|
40
|
0
|
Pada
suatu campuran pelarut, tetapan dielektrik campuran merupakan hasil penjumlahan
tetapan dielektrik masing-masing bahan pelarut sesudah dikalikan dengan %
volume setiap komponen pelarut. Sehingga, dari komposisi pelarut yang digunakan
dalam pelarut campur, konstanta dielektrik dari pelarut campur dapat
ditentukan.
Uji kelarutan dilakukan
dengan melarutkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing pelarut. Ternyata, asam salisilat tidak mampu melarut
ke dalam pelarut campuran. Oleh karena itu, larutan kemudian dilarutkan
menggunakan pengocok orbital selama 2 jam. Larutan yang diperoleh disaring
dengan kertas saring. Dari masing-masing larutan yang diperoleh, diambil
sebanyak 5 mL larutan. Selanjutnya,
kadar asam salisilat ditentukan dengan titrasi asam basa menggunakan pentiter
NaOH 0,1 N dan indicator phenolphthalein. Masing-masing larutan ditambahkan 3
tetes phenolphthalein dan dilakukan titrasi. Titrasi dilakukan sampai terjadi
perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda.
Berdasarkan konsentrasi
asam salisilat yang diperoleh, dapat ditentukan hubungan antara konsentrasi
asam salisilat dengan konstanta dielektrik dari pelarut campur. Hubungan antara
konsentrasi asam salisilat dengan konstanta dielektrik dari pelarut campur
terlihat pada grafik berikut.
Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin
rendah konstanta dielektrik pelarut campur yang digunakan, semakin besar
konsentrasi asam salisilat yang dapat larut di dalamnya. Konstanta dielektrik
etanol memiliki nilai yang rendah sehingga semakin besar jumlah etanol dalam
pelarut campur, semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut campuran. Oleh
sebab itu, semakin rendah konstanta dielektrik dari pelarut campur, semakin
besar kelarutan asam salisilat.
G. Kesimpulan
Dari
hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kelarutan
suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat pelarut, serta
bergantung pula pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah
kecil bergantung pada terbaginya zat pelarut
2.
Semakin
banyak jumlah etanol dalam pelarut campur, maka semakin besar konsentrasi asam
salisilat yang dapat larut didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Henny,
Rachdiaty, Ricson P. Hutagaol, Erna Rosdiana. 2008. “Penentuan Waktu Kelarutan
Parasetamol pada Uji Disolusi”. Jurnal
Nusa Kimia Volume 8 (1): 1-6.
Henny,
Rachdiaty, Ricson P. Hutagaol, Erna Rosdiana. 2008. “Penentuan Waktu Kelarutan
Parasetamol pada Uji Disolusi”. Jurnal
Nusa Kimia Volume 8 (1): 1-6.
Siswandono,
Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal.
Surabaya: Airlangga University Press.
Siswandono,
Bambang Soekardjo. 1998. Prinsip-prinsip
Rancangan Obat. Surabaya: Airlangga University Press.
Widyaningsih,
Linda. 2009. ‘Pengaruh Penambahan Kosolven Propilen Glikol terhadap Kelarutan
Asam Mefenamat’. Skripsi Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar