LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
“PENETAPAN KADAR VITAMIN C"
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
NIM :
F1F1 10 025
KELOMPOK : V ( Lima )
ASISTEN :
SARLAN S,Si
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2011
A.
Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu menetapkan kadar vitamin C (asam
askorbat) secara iodimetri.
B.
Landasan Teori
Vitamin
C atau asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Kekurangan vitamin C telah dikenal sebagai penyakit sariawan dengan
gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan
berkurang, lesu, dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi
tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat
dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam
pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C memiliki sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh
tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan
oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk
memelihara kehamilan, mengatur kontrol kapiler darah, secara memadai, mencegah
hemoroid, mengurangi resiko diabetes dan lain-lain (Helmi, 2007).
Vitamin C atau
L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6
(berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan
berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi,
serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis
normal vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan
sayuran segar.
Vitamin C berperan
sebagai antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab
kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium
(mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain
vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis
kolagen.
Dalam larutan, kadar
bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti
banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume
(mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah
gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara
ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut
atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b. Secara
matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri
dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut.
Jika sampelnya padat (sampel ditara
dengan timbangan analitik) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai
berikut:
Kadar (% b/b) =
x 100%
Jika sampelnya cair (sampel diambil
secara kuantitatif misal dengan menggunakan pipet volum) maka rumus untuk
menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/v) =
x 100%
Berat ekivalen (BE) sama dengan berat
molekul sampel dibagi dengan valensinya (Rohman, 2007).
C.
Alat dan Bahan
· Alat
Alat-alat yang dipakai
pada percobaan ini adalah
1. Statif
2. Klem
3. Buret 50 mL
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Labu takar 1000 mL
6. Gelas piala
7. Gelas ukur 50 mL
8. Pipet tetes
9. Timbangan
· Bahan
Bahan-bahan yang
dipakai pada percobaan ini adalah
1. Akuades
2. Larutan Iodium 0,1N
3. Asam sulfat encer
4. Larutan Kanji 0,5%
E.
Hasil Pengamatan
Hasil pegamatan dalam penentuan kadar
vitamin C adalah sebagai berikut
Diketahui : - Volume I2 = 0,3 ml
- Normalitas I2 = 0,1N
- Berat ekivalen =
8,806 mg
- Berat sampel =
0,4 gram = 400 mg
Ditanya/
penyelesaian:
Kadar Vitamin C =
x 100%
=
x 100%
=
0,066%
Reaksi:
+ I2 menghasilkan
F.
Pembahasan
Vitamin
merupakan senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi
biologis yang lain bagi mahluk hidup. Berhubung vitamin tidak disintesa dalam
tubuh maka vitamin harus ada dalam makanan yang dikonsumsi. Vitamin C telah
banyak dikenal berkaitan dengan perlindungan terhadap flu. Buah yang kaya akan
vitamin C merupakan antioksidan kuat yang dapat melindungi DNA selular dari
kerusakan akibat oksidasi. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul
178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik
cair 190-192oC, bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton
atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah.
Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi. Askorbat ditemukan dalam banyak buah-buahan dan sayuran (75). Buah-buahan dan jus jeruk, kaya sumber terutama vitamin C. Di banyak negara berkembang, pasokan vitamin C sering ditentukan oleh faktor musiman (misalnya ketersediaan air, waktu, dan tenaga kerja untuk orang itu pengelolaan taman rumah tangga dan musim panen singkat banyak buah-buahan).
Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang tinggi. Askorbat ditemukan dalam banyak buah-buahan dan sayuran (75). Buah-buahan dan jus jeruk, kaya sumber terutama vitamin C. Di banyak negara berkembang, pasokan vitamin C sering ditentukan oleh faktor musiman (misalnya ketersediaan air, waktu, dan tenaga kerja untuk orang itu pengelolaan taman rumah tangga dan musim panen singkat banyak buah-buahan).
Praktikum analisa
kuantitatif vitamin C dalam sampel dilakukan dengan menggunakan metode titrasi
iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C dapat
bereaksi dengan iodin. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2
0,1 N sebagai titran. Sampel yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman penyegar
untuk panas dalam dengan kemasan yang banyak dijual di pasaran dengan merk
dagang adem sari. Dalam kemasan minuman disebutkan bahwa dalam minuman tersebut
kaya akan vitamin C.
Vitamin C atau asam
bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang
mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut
organic yang pada umumnya dapat melarutkan lemak.
Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
Sample yang ditimbang
saat praktikum adalah 0,4 g. Sample ditimbang langsung dan diencerkan dengan
menggunakan aquadest sampai tanda batas. Setelah itu, sampel dikocok sampai homogen dan dimasukan
dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan kanji 0,5% sebagai indikator
sebanyak 3 tetes. Setelah itu dititrasi dengan menggunakan I2 0,1 N.
Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi
biru, warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa
proses titrasi telah mencapai titik akhir. Akan tetapi, pada praktikum yang
telah dilakukan, tidak terbentuk warna biru yang menandakan titik akhir
titrasi. Warna yang tampak adalah warna hitam setelah dititrasi beberapa tetes
I2. Hal ini disebabkan pada kesalahan dalam pembuatan indikator
kanji.
Berdasarkan hasil
praktikum, volume titrasi pada sampel adem sari adalah0,3 ml. Sehingga
berdasarkan perhitungan menggunakan rumus maka kadar vitamin C dalam sampel
adem sari adalah 0,066%.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kadar vitamin C pada
adem sari sebesar 0,066%.
Daftar Pustaka
Pratama, A., Darjat, Setiawan I. 2007. ‘Aplikasi
Lab View sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan Menggunakan metode
Titrasi Iodimetri’. Jurnal. Jurusan teknik
elektro Universitas Diponegoro.
Arifin, H., Delvita, V., Almahdi A.
2007. ‘Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada Mencit Diabetes’. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Volume
12 No. 1 halaman: 32-40. Akreditasi Dikti Depdiknas RI No.
49/DIKTI/Kep/2003. ISSN: 1410-0177.
Rachmawati, R., Defiani,M., Suriani, N. ‘Pengaruh
Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum frustences)’. Jurnal Biologi
Volume 2 halaman:36– 40.
Yogyakarta.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Digi Art Yogya.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
thankz ya ilmux
BalasHapus