LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
ANALISIS II
PERCOBAAN III
PENETAPAN
KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA
(TETAPI
MEMILIKI KROMOFOR) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV
OLEH
NAMA : ASTRID INDALIFIANY
STAMBUK : F1F110025
KELOMPOK : 2
NAMA ASISTEN : MIFTA
NUR RAHMAT
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
Penetapan
Kadar Senyawa yang Tidak Berwarna
(Tetapi
Memiliki Kromofor) Secara
Spektrofotometri UV
A. Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penetapan kadar senyawa
yang tidak berwarna (tetapi memiliki kromofor) secara spektrofotometri UV.
B. Landasan
Teori
Teknik analisis
adalah peristiwa ilmiah dasar yang dibuktikan untuk mendapatkan informasi komposisi
suatu unsur. Metode analisis merupakan aplikasi spesifik teknik analisis untuk
memecahkan masalah analisis. Prosedur analisis adalah instruksi tertulis untuk
menyelesaikan suatu metode, sedangkan deskripsi spesifik suatu metode dikenal
dengan protokol analisis. Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian
langkah yang harus diikuti untuk tujuan analisis kualitatif, kuantitatif, dan
informasi struktur dengan menggunakan teknik tertentu. Analisis kuantitatif
adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar absolute atau relatif dari suatu
elemen atau spesies yang ada dalam sampel (Kartasasmita, 2009).
Spektrofotometri
adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung
foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun
absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada instrument spektrofotometri,
sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak
antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang
gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri
adsorpsi atomik (Harjadi, 1990).
Metoda
spektrofotometri uv-vis adalah salah satu metoda analisis kimia untuk
menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang yang ditunjukkan
oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis secara kuantitatif
berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media.
Intensitas ini sangat tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi
warna spesies yang ada pada media tersebut. Pembentukan warna dilakukan dengan
cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan
(Fatimah, dkk., 2009).
Metode spektrofotometri merupakan salah satu metode yang cukup sensitive
untuk mendeteksi analit fenol dalam konsentrasi yang rendah. Akan tetapi,
metode spektrofotometri ini memiliki kelemahan pada pendeteksian analit jika
analit berada pada sampel air yang mengandung banyak ion pengganggu.
Interferensi ion dan senyawa pengganggu dalam sampel dapat menyebabkan
kesalahan deteksi, sehingga serapan radiasi dapat berasal dari pengganggu. Hal
ini tentu akan menyebabkan kesalahan analisis, terutama untuk analisis
kuantitatif. Terlebih lagi dalam analisis fenol, sampel terlarut dalam akuades
biasanya akan memberikan respon yang kurang bagus karena adanya pengaruh
matriks larutan (Fatimah, 2003).
Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang
melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada,
konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi
suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode
spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra
violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat
dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV
atau daerah tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV
disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam
daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).
Pada perawatan
luka bakar, salah satu standar perawatan yang digunakan adalah dengan pemakaian
silver sulfadiazine (SSD). SSD dipakai atau dioleskan di kulit untuk mencegah
dan membunuh bakteri atau infeksi jamur di kulit atau area yang terkena luka
bakar. Obat ini biasanya digunakan dalam perawatan luka bakar derajat dua dan
derajat tiga (Handian, 2006).
C. Alat dan
Bahan
1. Alat
Adapun
alat yang digunakan antara lain :
-
Spektrofotometer
UV
-
Timbangan
analitik
-
Labu takar
-
Pipet ukut
-
Filler
-
Gelas ukur
2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan antara lain :
-
Sulfadiazine (SD).
-
Etanol
E. Hasil Pengamatan
1.
Tabel pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Fungsi
|
1.
|
100
mg sulfadiazine + etanol dilarutkan dalam labu takar hingga tanda tera
|
Larutan
induk sulfadiazine
|
2.
|
0,1
ml sulfadiazine + etanol dilarutkan didalam labu takar hingga tanda tera
|
Larutan
sampel sulfadiazine
|
3.
|
Dipipet
0,1 ml – 0,25 ml larutan induk sulfadiazine dan dilarutkan dengan etanol pada
labu takar 25 ml hingga tanda tera
|
Larutan
baku sulfadiazine dengan berbagai konsentrasi
|
4.
|
Diukur
absorbansi larutan sampel
|
Absorbansi
0,391
|
5.
|
Diukur
absorbansi masing-masing larutan baku pada panjang gelombang 270 nm
·
0,004 mg/ml
·
0,012 mg/ml
·
0,006 mg/ml
·
0,008 mg/ml
·
0,01 mg/ml
|
- Absorbansi 0,188
- Absorbansi 0,603
- Absorbansi 0,299
- Absorbansi 0,307
- Absorbansi 0,491
|
2.
Perhitungan
Dik : absorbansi sampel
: 0,391
Peny:
y
= 51,1 x – 0,031
0,391
= 51,1 x – 0,031
0,422
= 51,1 x
= 0,0862 mg/ml
E. Pembahasan
Analisis data
kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data
angka atau numeric. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantita
maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualita, yakni data kualitatif
yang dikuantifikasikan. Jika yang dianalisis adalah data kuantitatif murni
(tinggi, berat, luas, umur, jumlah penduduk, dan sejenisnya) maka analisis
menjadi lebih mungkin dilakukan dengan tepat, karena data sudah merupakan
substansinya sendiri. Namun jika data kuantitatif yang berasal dari konversi
data kualitatif (sikap yang diskalakan, motivasi, opini orang, dan sejenisnya),
maka analisisnya menjadi rumit karena kita harus memperhitungkan validitas
konversinya. Analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di
balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang
kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data
tersebut.
Pada praktikum
ini digunakan alat spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda
analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh
suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometer
yang dipakai dalam praktikum ini adalah spektrofotometer UV Vis, yang merupakan
alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultraviolet dan sinar tampak.
Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultraviolet atau sinar tampak
oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut. Dalam hal ini. Hukum Lambert-Beer dapat menyatakan hubungan antara
serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Spektorofotometri ini
mengukur dan membaca melalui gugus kromofor. Spektrum absorpsi yang diperoleh
dari hasil analisis dapat memberikan informasi panjang gelombang dengan
absorban maksimum dari senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban yang
dihasilkan selama proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar.
Konsentrasi suatu senyawa atau unsure dapat dihitung dari kurva standar yang
diukur pada panjang gelombang dengan absorban maksimum.
Pada praktikum
ini, senyawa yang digunakan memiliki kromofor. Kromofor adalah suatu gugus
fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi
karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak. Bagian molekul yang mengabsorpsi dalam daerah UV dan daerah sinar tampak
dinyatakan sebagai kromofor, yakni suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan
gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar
UV-sinar tampak (l>200 nm). Adapun
larutan baku yang digunakan dalam percobaan ini adalah sulfadiazin. Sulfadiazin
merupakan antibiotik yang bisa digunakan sebagai obat karena spektrumnya cukup
luas dan juga reaksi alergi pada pasien jarang ditemukan. Sulfadiazin
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur termasuk spesies yang telah resisten
terhadap sulfonamide dan juga untuk mengurang jumlah koloni mikroba dan
mencegah infeksi luka bakar akan tetapi tidak dianjurkan untuk pengobatan luka
yang besar dan dalam. Sulfadizin ini memiliki rumus struktur sebagai berikut.
Dari hasil
pengamatan, didapatkan absorbansi dari masing-masing larutan baku pada panjang
gelombang 270 nm, yakni: 0,188 pada LB SD 0,004 mg/ml; 0,603 pada LB SD 0,012
mg/ml; 0,299 pada LB SD 0,006 mg/ml; 0,302 pada LB SD 0,008 mg/ml; dan 0,491
pada LB SD 0,01 mg/ml. dari data tersebut, didapatkan persamaan garis y =
51,1x-0,031. Dengan adanya data absorbansi sampel sebesar 0,391 maka
konsentrasi sulfadiazine dapat diukur, yakni sebesar 0,0862 mg/ml.
F. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dalam praktikum ini yaitu besarnya konsentrasi sulfadiazin
adalah 0,0862 mg/ml.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Fatimah,
I., 2003, ‘Analisis Fenol Dalam Sampel
Air Menggunakan Spektrofotometri Derivatif’. Logika, Vol. 9, No. 10 .ISSN:
1410-2315. Jakarta.
Fatimah, S., Haryati, I.,
dan Jamaluddin, A. 2009. ‘Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium
Menggunakan Spektrofotomer UV-Vis’. Jurnal. ISSN: 1978-0176. Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir: Yogyakarta.
Handian, I.F., Efektivitas Perawatan Menggunakan
Madu Nektar Flora dibandingkan dengan Silver Sulfadiazine Terhadap Penyembuhan
Luka Bakar Derajat II Terinfeksi pada Marmut, Tugas Akhir, Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.
Kartasasmita, E., Tuslinah, L., dan Fawaz, M. 2009.
’Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan
Metode Ortofenantrolin’. Jurnal
Kesehatan BTH. Jurusan Farmasi STIKES Institut Teknologi Bandung.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep
Dasar Kimia Analitik, UI Press: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar