Jumat, 29 Maret 2013

Laporan Penetapan Kadar Campuran Asetosal dan Asam Salisilat secara Spektrofotometri UV



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II
PERCOBAAN III
PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL DAN ASAM SALISILAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV

O L E H  :
NAMA                                   : ASTRID INDALIFIANY
STAMBUK                           : F1F1 10 025
KELOMPOK                        : I (SATU)
ASISTEN                               : MIFTA NUR RAHMAT




JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

 
A.       Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penetapan kadar campuran asetosal dan asam salisilat secara spektrofotometri UV.
B.        Landasan Teori
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).


Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak. Pada spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang  (λ). Pada metode spektrofotometri derivatif, plot A lawan λ, ditransformasikan menjadi  plot  dA/dλ  lawan λ untuk derivatif pertama, dan d λ 2 lawan λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya (Hayun, dkk, 2006).
Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk kristal kecil berwarna merah muda terang hingga kecoklatan yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156oC dan densitas pada 25oC sebesar 1,443 g/mL.
Asam salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polarnya adalah gugus –OH dan gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Dari rumus struktur ini dapat dilihat bahwa asam salisilat larut pada sebagian pelarut polar dan sebagian pada pelarut non polar, tetapi sukar larut dengan sempurna pada pelarut polar saja atau pelarut nonpolar saja karena memiliki gugus polar dan nonpolar sekaligus dalam satu gugus. (Supardani, 2006).
Asetosal mempunyai nama sinonim asam asetil salisilat,  asam salisilat asetat dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer). Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih. Asam asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang terdekomposisi, asam asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat (Widjayanti, 2004).
C.       Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
·         Gelas kimia 250 ml
·         Gelas ukur
·         Labu takar 10 ml dan 100 ml
·         Filler
·         Timbangan
·         Spektrofotometer UV
·         Labu semprot
·         Pipet Ukur 5 ml
2.      Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pecobaan ini adalah :
·         Asetosal
·         Asam Salisilat
·         Kloroform
·         Aquadest

D.       Hasil Pengamatan
1.   Data Pengamatan
Langkah Percobaan
Hasil Pengamatan
·      100 mg as. salisilat + kloroform
·      100 mg asetosal + kloroform
·      Li. As. Salisilat + Li. Asetosal
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Absorbansi asetosal         λ 278 nm         = 0,352
                                         λ 308 nm         = 0,246
Absorbansi as. salisilat     λ 278 nm         = 0,469
                                         λ 308 nm         = 0,375
Absorbansi campuran      λ 278 nm         = 1,042
                                         λ 308 nm         = 1,06
2.   Perhitungan
*      Asetosal  λ 278 nm
A         =  ε . b . c
0,352   =  ε . 0,1 cm . 0,1 mg/ml
ε          =  35,2 m-1 cm-1
*      Asetosal λ 308 nm
A         =  ε . b . c
0,246   =  ε . 0,1 cm . 0,1 mg/ml
ε          = 24,6 m-1 cm-1
*      Asam Salisilat λ 278 nm
A         =  ε . b . c
0,469   =  ε . 0,1 cm . 0,1 mg/ml
ε          = 46,9 m-1 cm-1
*      Asam Salisilat λ 308 nm
A         =  ε . b . c
0,375   =  ε . 0,1 cm . 0,1 mg/ml
ε          = 37,5 m-1 cm-1
*      A 278    = A278 Asetosal + A278 Asam Salisilat
A 278    = ε 278 asetosal . b . c asetosal + ε 278 as.salisilat . b . c as.salisilat
A 278    = 35,2 . 0,1 . c asetosal + 46,9 . 0,1 . c as.salisilat      ……………. (1)
*      A 308    = A308 Asetosal + A308 Asam Salisilat
A 308    = ε 308 asetosal . b . c asetosal + ε 308 as.salisilat . b . c as.salisilat
A 308    = 24,6 . 0,1 . c asetosal + 37,5 . 0,1 . c as.salisilat      ……………. (2)
*      1,042   = 35,2 . 0,1 . c asetosal + 46,9 . 0,1 . c as.salisilat
1,042   = 3,52 . c asetosal + 4,69 . c as.salisilat
*      1,06     = 24,6 . 0,1 . c asetosal + 37,5 . 0,1 . c as.salisilat
1,06     = 2,46 . c asetosal + 3,75 . c as.salisilat 
Misal         c asetosal = x,     c as.salisilat               = y
Dari Persamaan I
y =
Masukkan ke Persamaan II
1,06 = 2,46 x + 3,75 (       
1,06 = 2,46 x + 0,025 – 2,81 x
1,06 = -0,35 x + 0,625
0,35 x = 0,825 - 1,06
        x = - 0,671
1,06 = 2,46 x + 3,75 y
1,06 = 2,46 (- 0,671) + 3,75 y
1,06 = - 1,65 + 3,75 y
1,06 + 1,65 = 3,75 y
                 2,71 = 3,75 y
                      y = 0,722
Jadi,           c asetosal = - 0,671 mg/ml
c as.salisilat              = 0,722 mg/ml
E.        Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Yakni Spektrofotometri Vis (Visible),  Spektrofotometri UV (Ultra Violet), Spektrofotometri UV-Vis, Spektrofotometri IR (Infra Red).
Dalam percobaan ini karena sampel yang digunakan adalah larutan tidak berwarna maka spektrofotometer yang digunakan adalah jenis spektrofotometer UV. Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
Pada spektrofotometer, sinar yang masuk ke sampel dipakai untuk mengeksitasi, artinya ketika cahaya yang berupa energi itu masuk ke kuvet yang berisi sampel dan terdapat elektron yang tidak terikat kuat (berasal dari kromofor atau ausokrom) maka cahaya (energi) tersebut akan digunakan untuk mengeksitasi elektron tersebut. Jumlah cahaya yang dipakai untuk mengeksitasi tentunya tergantung dari banyaknya jumlah elektron yang bisa dieksitasi, makin sedikit elektron (panjang gelombang besar) maka energi yang dipakai juga sedikit, yang paling sedikit tentunya hanya warna merah yang terpakai. Sisa dari cahaya yang tidak terpakai kemudian diteruskan dan dibaca jumlahnya oleh detektor.
Pengukuran zat dengan spektofotometri selalu melibatkan analat blanko dan standar. Blanko adalah larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Dalam percobaan ini blanko yang digunakan yakni aquadest. Tujuan pembuatan larutan blanko ini adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analat. Larutan analat adalah larutan yang dianalisis. Larutan standar adalah larutan yang mendapat perlakuan yang sama dengan analat dan mengandung kkomponen analat dengan konsentrasi yang sudah diketahui. 
Sampel yang akan ditentukan kadarnya yakni asam salisilat dan asetosal. Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk kristal kecil berwarna merah muda terang hingga kecoklatan yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156oC dan densitas pada 25oC sebesar 1,443 g/mL.
Asetosal mempunyai nama sinonim asam asetil salisilat,  asam salisilat asetat dan yang paling terkenal adalah aspirin. Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih. Asam asetilsalisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang terdekomposisi, asam asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat.
Percobaan ini menggunakan kloroform sebagai pelarutnya. Kloroform merupakan senyawa organik berwujud cair dengan titik didih 61,2 0 C, indeks bias 1,487 dan berbau menyengat, serta mudah menguap. Kloroform adalah zat cair tanpa warna dengan bau manis, menyenangkan dan anestetik. Dalam kehidupan sehari-hari kloroform berfungsi sebagai pembius, dan pelarut senyawa organik. Kloroform (CHCl3) dapat digunakan untuk pelarut lemak, “dry cleaning”, obat bius. Untuk penggunaan obat bius dibubuhi etanol, disimpan dalam botol coklat, diisi sampai penuh. Kloroform dapat dibuat melalui reaksi substitusi elektrofilik atom-atom H ά semua senyawa karbonil yang bergugus asetil (CH3CO-) dalam suasana basa. Juga dapat digunakan bahan alkohol yang bila dioksidasi menghasilkan gugus asetil.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar asetosal sebesar 0,671 mg/ml dan kadar asam salisilat  0,722 mg/ml.  Kadar asetosal menunjukkan nilai yang negatif, hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pada larutan blankonya. Dimana yang digunakan adalah aquadest padahal seharusnya larutan blanko yang digunakan adalah kloroform.

F.        Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar asetosal sebesar 0,671 mg/ml dan kadar asam salisilat  0,722 mg/ml.





DAFTAR PUSTAKA

Hayun, Harianto dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida Dan Pseudoefedrina Hidroklorida Dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006, 94–105, ISSN : 1693-9883. Departemen Farmasi FMIPA-UI.
Huda, Nurul. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer Uv-Vis. GBC 911 A Menggunakan Pewarna Tartrazine CL 19140. Sigma Epsilon ISSN 0853-9013, No. 20-21. Bidang Evaluasi dan Pengembangan Keselamatan Instalasi, P2TKN-BATAN.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Supardani, Dwi Oktita dan Aditya Pranoto. 2006. Perancangan Pabrik Asam Salisilat dari Phenol. Jurusan Teknik Kimia, FTI Institus Teknologi Nasional, Bandung.
Widjayanti, 2004. Obat-Obatan. Kanisius: Jakarta.

Laporan Penetapan Kadar Senyawa yang tidak Berwarna (punya kromofor) dengan Spektrofotometri UV



LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II
PERCOBAAN III
PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA
(TETAPI MEMILIKI KROMOFOR) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV






OLEH



NAMA                         : ASTRID INDALIFIANY
STAMBUK                  : F1F110025
KELOMPOK               : 2
NAMA ASISTEN        : MIFTA NUR RAHMAT






JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
Penetapan Kadar Senyawa yang  Tidak Berwarna
(Tetapi Memiliki  Kromofor) Secara Spektrofotometri UV

A. Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penetapan kadar senyawa yang tidak berwarna (tetapi memiliki kromofor) secara spektrofotometri UV.

B. Landasan Teori
Teknik analisis adalah peristiwa ilmiah dasar yang dibuktikan untuk mendapatkan informasi komposisi suatu unsur. Metode analisis merupakan aplikasi spesifik teknik analisis untuk memecahkan masalah analisis. Prosedur analisis adalah instruksi tertulis untuk menyelesaikan suatu metode, sedangkan deskripsi spesifik suatu metode dikenal dengan protokol analisis. Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah yang harus diikuti untuk tujuan analisis kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan teknik tertentu. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada dalam sampel (Kartasasmita, 2009).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.  Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada instrument spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomik (Harjadi, 1990).
Metoda spektrofotometri uv-vis adalah salah satu metoda analisis kimia untuk menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis secara kuantitatif berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Intensitas ini sangat tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Pembentukan warna dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah, dkk., 2009).
Metode spektrofotometri merupakan salah satu metode yang cukup sensitive untuk mendeteksi analit fenol dalam konsentrasi yang rendah. Akan tetapi, metode spektrofotometri ini memiliki kelemahan pada pendeteksian analit jika analit berada pada sampel air yang mengandung banyak ion pengganggu. Interferensi ion dan senyawa pengganggu dalam sampel dapat menyebabkan kesalahan deteksi, sehingga serapan radiasi dapat berasal dari pengganggu. Hal ini tentu akan menyebabkan kesalahan analisis, terutama untuk analisis kuantitatif. Terlebih lagi dalam analisis fenol, sampel terlarut dalam akuades biasanya akan memberikan respon yang kurang bagus karena adanya pengaruh matriks larutan (Fatimah, 2003).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding  (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).
Pada perawatan luka bakar, salah satu standar perawatan yang digunakan adalah dengan pemakaian silver sulfadiazine (SSD). SSD dipakai atau dioleskan di kulit untuk mencegah dan membunuh bakteri atau infeksi jamur di kulit atau area yang terkena luka bakar. Obat ini biasanya digunakan dalam perawatan luka bakar derajat dua dan derajat tiga (Handian, 2006).

C. Alat dan Bahan
1.                Alat
Adapun alat yang digunakan antara lain :
-          Spektrofotometer UV
-          Timbangan analitik
-          Labu takar
-          Pipet ukut
-          Filler
-          Gelas ukur

2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan antara lain :
-          Sulfadiazine (SD).
-          Etanol








E. Hasil Pengamatan
1.    Tabel  pengamatan
No.
Perlakuan
Fungsi
1.
100 mg sulfadiazine + etanol dilarutkan dalam labu takar hingga  tanda tera
Larutan induk sulfadiazine
2.
0,1 ml sulfadiazine + etanol dilarutkan didalam labu takar hingga tanda tera
Larutan sampel sulfadiazine
3.
Dipipet 0,1 ml – 0,25 ml larutan induk sulfadiazine dan dilarutkan dengan etanol pada labu takar 25 ml hingga tanda tera
Larutan baku sulfadiazine dengan berbagai konsentrasi
4.
Diukur absorbansi larutan sampel
Absorbansi 0,391
5.
Diukur absorbansi masing-masing larutan baku pada panjang gelombang 270 nm
·        0,004 mg/ml          
·        0,012 mg/ml          
·        0,006 mg/ml          
·        0,008 mg/ml          
·        0,01 mg/ml            


-     Absorbansi 0,188
-     Absorbansi 0,603
-     Absorbansi 0,299
-     Absorbansi 0,307
-     Absorbansi 0,491

2.      Perhitungan
Dik : absorbansi sampel : 0,391
Peny:
y          = 51,1 x – 0,031
0,391   = 51,1 x – 0,031
0,422   = 51,1 x
       
            = 0,0862 mg/ml

E. Pembahasan
Analisis data kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data angka atau numeric. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantita maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualita, yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan. Jika yang dianalisis adalah data kuantitatif murni (tinggi, berat, luas, umur, jumlah penduduk, dan sejenisnya) maka analisis menjadi lebih mungkin dilakukan dengan tepat, karena data sudah merupakan substansinya sendiri. Namun jika data kuantitatif yang berasal dari konversi data kualitatif (sikap yang diskalakan, motivasi, opini orang, dan sejenisnya), maka analisisnya menjadi rumit karena kita harus memperhitungkan validitas konversinya. Analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut.
Pada praktikum ini digunakan alat spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometer yang dipakai dalam praktikum ini adalah spektrofotometer UV Vis, yang merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultraviolet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini. Hukum Lambert-Beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Spektorofotometri ini mengukur dan membaca melalui gugus kromofor. Spektrum absorpsi yang diperoleh dari hasil analisis dapat memberikan informasi panjang gelombang dengan absorban maksimum dari senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban yang dihasilkan selama proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar. Konsentrasi suatu senyawa atau unsure dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang gelombang dengan absorban maksimum.
Pada praktikum ini, senyawa yang digunakan memiliki kromofor. Kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak. Bagian molekul yang mengabsorpsi dalam daerah UV dan daerah sinar tampak dinyatakan sebagai kromofor, yakni suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak (l>200 nm). Adapun larutan baku yang digunakan dalam percobaan ini adalah sulfadiazin. Sulfadiazin merupakan antibiotik yang bisa digunakan sebagai obat karena spektrumnya cukup luas dan juga reaksi alergi pada pasien jarang ditemukan. Sulfadiazin menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur termasuk spesies yang telah resisten terhadap sulfonamide dan juga untuk mengurang jumlah koloni mikroba dan mencegah infeksi luka bakar akan tetapi tidak dianjurkan untuk pengobatan luka yang besar dan dalam. Sulfadizin ini memiliki rumus struktur sebagai berikut.
Dari hasil pengamatan, didapatkan absorbansi dari masing-masing larutan baku pada panjang gelombang 270 nm, yakni: 0,188 pada LB SD 0,004 mg/ml; 0,603 pada LB SD 0,012 mg/ml; 0,299 pada LB SD 0,006 mg/ml; 0,302 pada LB SD 0,008 mg/ml; dan 0,491 pada LB SD 0,01 mg/ml. dari data tersebut, didapatkan persamaan garis y = 51,1x-0,031. Dengan adanya data absorbansi sampel sebesar 0,391 maka konsentrasi sulfadiazine dapat diukur, yakni sebesar 0,0862 mg/ml.
           
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini yaitu besarnya konsentrasi sulfadiazin adalah 0,0862 mg/ml.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari.

Fatimah, I., 2003, ‘Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan Spektrofotometri Derivatif’. Logika, Vol. 9, No. 10 .ISSN: 1410-2315. Jakarta.

Fatimah, S., Haryati, I., dan Jamaluddin, A. 2009. ‘Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium Menggunakan Spektrofotomer UV-Vis’. Jurnal. ISSN: 1978-0176. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir: Yogyakarta.

Handian, I.F., Efektivitas Perawatan Menggunakan Madu Nektar Flora dibandingkan dengan Silver Sulfadiazine Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Terinfeksi pada Marmut, Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.

Kartasasmita, E., Tuslinah, L., dan Fawaz, M. 2009. ’Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Ortofenantrolin’. Jurnal Kesehatan BTH. Jurusan Farmasi STIKES Institut Teknologi Bandung.

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press: Jakarta.